Ekonomi Indonesia
By: reny • Essay • 1,177 Words • May 19, 2010 • 2,811 Views
Ekonomi Indonesia
Menelusuri Setengah Abad Pemikiran Ekonomi Indonesia
* Judul: Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir (Buku 1-5)
* Penyusun: Hadi Soesastro, Aida Budiman, Ninasapti Tiraswati, Armida Alisjahbana
* Penyunting: Sri Adiningsih
* Penerbit: Kanisius, Yogyakarta, 2005
* Tebal: 2.335 halaman (total 5 buku)
Arya B Gaduh
Sejarah, menurut filsuf Perancis, Etienne Gilson, merupakan satu-satunya laboratorium yang kita miliki untuk menguji akibat-akibat pemikiran. Dalam set buku "Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir" ini, pemikiran 102 intelektual Indonesia dirangkum untuk melengkapi gambaran tentang "laboratorium sosial" bernama perekonomian Indonesia.
Kumpulan tulisan atau antologi ini menelusuri wacana tentang arah pembangunan ekonomi Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga sekarang. Seratus tujuh puluh enam tulisan dalam lebih dari dua ribu tiga ratus halaman dikelompokkan menjadi lima buku, masing-masing menggambarkan satu "zaman" atau periode dalam pemikiran ekonomi Indonesia.
Buku pertama, yang dimulai dengan cuplikan risalah rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tentang perekonomian Indonesia merdeka, mencakup tulisan tentang periode menjelang masa Ekonomi Terpimpin pada tahun 1959. Ini dilanjutkan dalam Buku Kedua, yang mencakup pemikiran semasa dan tentang periode Ekonomi Terpimpin.
Buku ketiga dan keempat mencakup periode Orde Baru hingga sebelum krisis. Tahun 1982, tepat di tengah-tengah awal dan akhir Orde Baru, dipilih untuk membagi dua zaman tersebut. Tapi tentunya posisi tengah bukan alasan utama pembagian ini: Tahun 1982 menandai awal jatuhnya harga minyak dunia, yang mengawali proses deregulasi dan liberalisasi demi menghindari ketergantungan pada penerimaan minyak.
Adapun buku terakhir meliputi periode krisis dan pascakrisis hingga sekarang. Walaupun meliputi periode yang relatif pendek, buku ini relatif tebal— lebih dari 700 halaman ketika yang lainnya tidak sampai 500 halaman—dan lebih didominasi makalah pendek daripada opini.
Dalam setiap buku, tulisan-tulisan tersebut dikelompokkan lebih lanjut ke dalam delapan kelompok tema, mencakup baik hal-hal yang bersifat normatif (Sistem dan Prinsip Dasar), teoretis-kebijakan (Kelembagaan Ekonomi, Persoalan Ekonomi-Politik, Perencanaan Pembangunan, Pengelolaan Ekonomi Makro, Pembangunan Daerah), sektoral (Masalah-masalah Pertanian, Industri dan Perdagangan), serta pembangunan sosial ekonomi.
Ekonomi dan ideologi
Dibaca secara kronologis maupun tematis, antologi ini melukiskan dinamika serta pergeseran wacana tentang pengelolaan perekonomian. Pada periode awal, wacana tersebut didominasi diskusi-diskusi abstrak dan normatif yang bermain pada tema-tema besar dan sedikit pada kebijakan yang konkret. Sejalan dengan waktu, masalah-masalah kebijakan konkret mulai muncul dan menjadi topik perdebatan yang hangat. Jika dibaca secara utuh—dan lebih baik lagi jika didampingi literatur sejarah perekonomian Indonesia— akan tersaji benang merah "pemikiran" dan "akibat-akibatnya" yang dimaksud Etienne Gilson di atas.
Ilustrasi paling gamblang tentang benang merah ini dapat dilihat dalam periode gelap sejarah ekonomi Indonesia: masa Ekonomi Terpimpin. Keputusan Presiden Soekarno menolak liberalisme pada Agustus 1959 memberikan negara peranan sentral dalam ekonomi dan menciptakan apa yang disebut ekonom Frans Seda sebagai "etatisme yang merajalela". Kala itu pengelolaan ekonomi dipandu oleh dokumen-dokumen yang "bukan saja tidak realistis, tetapi sangat fantastis ... [yang secara] ekonomis ... dari awalnya sudah gagal" (Buku Kedua, halaman 33). Politik revolusioner, bukannya rasionalitas ekonomi, menjadi panglima. Hasilnya? Mengutip pengamatan Aida Budiman dan Hadi Soesastro dalam Buku Kedua: "Periode Ekonomi Terpimpin ini ditandai oleh merosotnya pendapatan (PDB) per kepala, meningkatnya inflasi, surutnya penanaman modal dan berlanjutnya structural regression. Semua ini disebabkan oleh hilangnya kendali fiskal" (hal 15).
Benang merah dalam buku ini ternyata muncul bukan saja dalam segi tiga pemikiran-kebijakan-kinerja ekonomi dalam satu periode, melainkan juga lintas waktu. Ini bisa dilihat jika kelima buku ini dibaca secara utuh maupun secara tematis. Sering kali perdebatan hangat, khususnya yang bersifat normatif, dalam satu zaman tak lepas dari perdebatan periode-periode sebelumnya.
Sebagai ilustrasi wacana lintas waktu ini adalah perdebatan tentang liberalisme dan peran negara (dan swasta) dalam perekonomian. Polemik tersebut sudah