Intel’s “rebates” and Other Ways It “helped” Customer
By: MasdarBombom • Case Study • 2,246 Words • March 28, 2015 • 1,994 Views
Intel’s “rebates” and Other Ways It “helped” Customer
BUSINESS ETHICS
CASE 4
Intel’s “Rebates” and Other Ways It “Helped” Customer
[pic 1]
Disusun Oleh
Amri Muarif 1260018/60-A
FE Ingkan Silta 1260080/60-A
Rifqa 1260078/60-A
MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
- PENDAHULUAN
Etika jika diartikan menurut bahasa kamus dapat memiliki arti yang bermacam-macam. Etika adalah ilmu tentang moral. Kemudian, etika juga dijabarkan sebagai sebuah bentuk investigasi, dimana moral menjadi subjek dari investigasi tersebut. Kedua arti etika tersebut berkaitan dengan moral. Moral adalah suatu standar yang dimiliki oleh individu atau kelompok dalam menentukan mana yang baik atau jahat dan mana yang benar atau salah. Dari beberapa pengertian tersebut dan dihubungkan dengan pengertian moral itu sendiri, maka secara garis besar etika berarti ilmu yang meneliti standar moral seseorang atau standar moral masyarakat yang mengukur sebagai ukuran terhadap perbuatan seorang individu serta akibatnya terhadap hidup individu lain.
- PERMASALAHAN
Latar Belakang Masalah
Integrated Electronics Corp. (Intel) dan Advanced Micro Devices (AMD) merupakan dua perusahaan yang bergerak di bidang personal computer (PC) microprocessors yang dinamakan juga dengan “computer chip”, “microchip”, atau “processors”. Intel memiliki market share sebesar 70 persen, sedangkan AMD memiliki market share sebesar 20 persen. Meskipun AMD hanya memiliki market share sebesar 20 persen, tetapi dapat dianggap sebagai competitor utama bagi Intel. Kondisi ini menyebabkan perusahan-perusahaan lain memiliki kesulitan untuk masuk ke dalam bisnis PC microprocessors karena terdapat beberapa hambatan yang dinamakan dengan barriers to entry, di antaranya, pertama, Intel dan AMD memiliki hak paten untuk memproduksi microprocessors. Kedua, membutuhkan biaya yang sangat banyak untuk membangun fasilitas-fasilitas untuk memproduksi microprocessors. Dan ketiga, Intel dan AMD merupakan perusahaan yang telah berpengalaman pada bidangnya sehingga dapat menjadi price maker, sehingga membuat perusahaan-perusahaan baru yang akan masuk kesulitan untuk menentukan harga.
Integrated Electronics Corporation (Intel) merupakan perusahaan yang menemukan dan menciptakan teknologi PC microprocessor x86 pada tahun 1978. Semua microprocessor memiliki “instructions” yang memperbolehkan mereka untuk dapat dibaca dan dijalankan software seperti games, word-processor, dan web-browsers. Karena instruksi yang sama, maka microprocessor x86 terbaru dapat menjalankan program dan data yang sudah ada pada microprocessor x86 yang lama.
Kemudian, Advance Micro Device (AMD) memproduksi x86 dengan membayar licensed production ke Intel pada tahun 1985. Hal ini merupakan kerugian yang diterima oleh Intel, karena AMD secara legal dapat menggunakan dan menggembangkan microprocessor x86 tersebut. AMD menjadi ancaman bagi Intel karena dapat membuat microprocessor x86 yang lebih cepat lebih kuat dibandingkan dengan yang diciptakan oleh Intel.
Pada akhir 1990an, Intel menciptakan generasi baru dari microprocessor, dimana kemudian Intel mengembangkan dan mempatenkan microprocessor yang tidak menggunakan teknologi x86. Hal ini secara tidak langsung melarang secara legal AMD untuk membuat microprocessor yang sama. Prosesor PC terbaru tersebut diberi nama Itanium. Itanium lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan dengan semua generasi prosesor PC sebelumnya yang pernah ada, tetapi kemudian muncul masalah. Itanium merupakan prosesor PC baru yang tidak menggunakan teknologi x86, sehingga semua software yang dirancang untuk dapat dijalankan pada prosesor x86 tidak dapat bekerja pada Itanium. Hal ini berarti ketika konsumen atau pebisnis yang membeli computer baru dengan prosesor Itanium tidak dapat menjalankan software dan data lama yang mereka miliki. Ini merupakan hambatan utama bagi pembeli.