Pasar Valas Dan Subprime Mortgage
By: laruku • Essay • 1,226 Words • May 18, 2011 • 1,593 Views
Pasar Valas Dan Subprime Mortgage
APBN 2008 yang sudah berkali-kali diubah menghadapi tantangan lagi berupa anjloknya bursa-bursa saham di seluruh dunia dan turunnya harga minyak di pasaran dunia dengan sangat tajam.
Anjoknya bursa saham dunia tersebut merupakan lanjutan dari kasus yang dikenal dengan Subprime Mortgage. Sebagaimana diketahui, kasus Subprime Mortgage —yang sebenarnya sudah dimulai sejak Juli 2007— adalah bangkrutnya perusahaan-perusahaan pengembang atau real estat dan bank-bank yang mendanai kredit perumahan di AS.
Kebangkrutan perusahaan real estat dan bank yang mendanai kredit perumahan tersebut disebabkan oleh tidak mampunya perusahaan real estat di AS mengembalikan kredit karena suku bunga kredit yang mula-mula tetap dan rendah tiba-tiba meningkat mengikuti suku bunga pasar.
Kebangkrutan itu diikuti oleh kesulitan beberapa bank yang memberikan kredit investasi perumahan. Dampak lebih lanjut dari kebangkrutan perusahaan-perusahaan real estat AS itu adalah saham dari perusahaan-perusahaan tersebut dijual oleh investornya (pemegang saham).
Penjualan saham-saham perusahaan real estat AS di seluruh bursa di dunia mengakibatkan indeks harga saham gabungan (ISHG) di bursa-bursa seluruh dunia tersebut juga menurun drastis. Imbas berikutnya dari kasus Subprime Mortgage adalah bangkrutnya bank investasi terbesar di AS, yaitu Lehman Brothers Holding Incorporation (LBHI).
Bangkrutnya LBHI —yang omzetnya mencapai 639 miliar dolar AS dan sudah berusia 158 tahun— itu tentu akan memengaruhi ekonomi AS. Setelah ekonomi AS terpengaruh (bahkan ada yang meramalkan akan jatuh ke jurang resesi), maka ekonomi negara-negara di seluruh dunia —termasuk Indonesia— juga akan mengalami kesulitan.
Di sisi lain, harga minyak di pasar dunia yang sempat mencapai 140 dolar AS tiba-tiba —sampai tulisan ini selesai disusun— turun menjadi 89 dolar AS (Suara Merdeka, 17 September 2008).
Turunnya harga minyak di pasaran dunia tersebut diduga karena, pertama, menurunnya konsumsi atau permintaan dari AS sebagai konsumen terbesar minyak dunia akibat melemahnya daya beli masyarakat AS yang tercermin dari menurunnya pertumbuhan ekonomi negara tersebut akhir-akhir ini.
Kedua, karena Badan Energi Internasional melepas cadangan minyak dua juta barel per hari ke pasar dan program pelepasan cadangan minyak akan berlangsung selama 30 hari. Ketiga, ulah spekulan minyak di pasar internasional. Menurut saya, ulah spekulan itulah yang paling menentukan gejolak harga minyak dunia akhir-akhir ini, yang sudah tidak rasional dan sulit diprediksi.
Dampak terhadap APBN
Kedua peristiwa besar dunia tersebut tentu membawa pengaruh terhadap APBN Indonesia 2008. Kejatuhan bursa-bursa di dunia yang tentu saja berpengaruh terhadap bursa Indonesia, khususnya Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang terlihat dari jatuhnya IHSG turun menjadi 1.700 atau sama dengan kondisi terendah IHSG yang pernah terjadi 2006.
Kejatuhan bursa-bursa dunia dan kesulitan BEJ tentu akan berpengaruh pula kepada kurs rupiah terhadap dolar AS. Perubahan kurs itu tentu akan memengaruhi baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran APBN.
Penerimaan yang akan terpengaruh dengan adanya perubahan kurs adalah penerimaan dalam bentuk valuta asing, yaitu pajak ekspor dan penerimaan ekspor, baik ekspor minyak dan gas (migas) mapun nonmigas. Sementara itu pengeluaran yang akan terpengaruh yaitu pembayaran utang luar negeri (bunga dan cicilannya) dan subsidi BBM.
Jika kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami depresiasi, maka "hasil bersih"-nya justru akan menyulitkan APBN, karena beban pembayaran utang luar negeri yang sangat besar.
Sementara itu turunnya harga minyak di pasar dunia juga akan memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pula di APBN. Penerimaan yang dipengaruhi adalah dari ekspor migas; sedangkan pengeluaran yang dipengaruhi adalah subsidi BBM.
Jika harga bahan bakar minyak (BBM) turun, maka sebenarnya hal itu merupakan kabar baik karena Indonesia adalah negara pengimpor bersih (net importer) minyak. Artinya, meskipun kita negara penghasil dan pengeskpor minyak mentah, tetapi kita mengimpor lebih banyak minyak jadi. Dengan demikian, turunnya harga minyak membuat subsidi untuk minyak impor yang dijual di dalam negeri juga menurun.
Melemahnya Rupiah
Dampak kejatuhan bursa-bursa dunia yang berimbas kepada jatuhnya IHSG di BEJ dalam jangka pendek memang sudah terlihat, yaitu pada menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah atau melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Logikanya adalah ketika IHSG melemah; artinya para pemegang saham atau investor —khususnya investor asing— akan mengikuti jejak investor di bursa-bursa dunia, yaitu